AHMAD DAKHOIR, DULU DIGANJAR CUTI 1 SEMESTER KINI DOSEN IAIN PALANGKARAYA

Menjadi sukses adalah impian dari setiap orang, berjuang dan selalu tawakal kepada Tuhan adalah suatu cara yang harus dilakukan agar menjadi orang sukses. Karena sukses itu sederhana yaitu dengan bekerja yang tepat, cara yang tepat, dan waktu yang tepat. Itulah kata-kata yang cocok untuk alumni Fakultas Syariah yang satu ini. Kegigihannya berhasil membuat dia berkarir di Bumi Tambun Bungai julukan Kalimantan Tengah (Kalteng) sekarang. Selain memiliki semangat yang tinggi, dia juga memililki intelektual yang mumpuni untuk kita jadikan pedoman dan motivasi bersama. Penasaran siapa alumni kita yang satu ini? Yuk kita simak profil salah satu alumni Fakultas Syariah IAIN Jember yang saat ini menjadi Dosen IAIN Palangkaraya.
Dr. Ahmad Dakhoir, S.H.I., M.H.I biasa dipanggil dengan sebutan Dakhoir, lahir di Desa Terusan Tengah, Kabupaten Kapuas pada tanggal 7 Juli 1982. Ia merupakan anak ke 3 dari pasangan Choirul Anam dan Ibu Syarifah, nama istrinya adalah Ika Nurhartanti, dan telah dikaruniai 2 orang putra-putri yaitu pertama Nurin Almadina, dan kedua Bilhaq Ahmad Balya.
Pendidikan Sarjana Hukum Islam, Jurusan atau Prodi Muamalah (sekarang baca: Hukum Ekonomi Syariah (HES)) yang ditempuh di IAIN Jember (saat itu STAIN Jember), pada tahun 2001-2005.
Menempuh pendidikan sarjana di STAIN Jember saat itu, bukanlah pendidikan formal biasa. Ada sebuah pilar sistem yang menjadi karakter STAIN Jember saat itu. Sistem Tarbiyah Wa Ta’lim yang dilaksanakan sangat dekat dengan model pembelajaran karakter pada pesantren. Sistem inilah yang membentuk sifat alumninya memiliki ruhiyah al-islamiyah yang mumpuni. Nilai-nilai tersebut memang tidak tampak dari gedung dan kurikulumnya. Tetapi, karakter itu terbentuk secara tidak sengaja dari lingkungan sosial yang dikelilingi dengan pondok pesatren, mahasiswanya yang juga rata-rata dari jebolan pesantren, hingga dosen dan tenaga pendidiknya merupakan alumni pondok pesantren. Konstruksi sosial inilah yang membentuk karakter dari seorang doktor muda ini.
Kembali pada kisah Dakhoir, ada sebuah kisah pilu yang pernah dialami oleh suami dari Ika Nurhartanti ini pada saat menjadi mahasiswa di STAIN Jember kala itu. Dia pernah diganjar cuti 1 semester oleh pihak kampus dan untuk alasan cutinya dia tidak mau menyebutkan (mungkin karena sangat privasi kali ya, hehe). Ganjaran tersebut pernah membuat dia gundah gulana, ditengah kondisi terburuknya, diapun bertemu dengan salah satu dosen STAIN Jember yang membuat dia bangkit dan tegar kembali untuk tetap semangat.
Dosen tersebut membangunkan hatinya yang sudah tidak semangat akibat sanksi cuti yang diberikan kampus saat itu, beliau berkata padanya “Emang kalo cuti kenapa, pergi ke Pare sana, belajarlah bahasa asing disana, kelak kamu akan berbeda dengan mahasiswa yang lain”. Dorongan itulah yang membuat dia saat itu menjadi wisudawan terbaik dengan nilai cumlaude di STAIN Jember saat itu.
Dakhoir juga mengatakan bahwa dosen-dosen STAIN Jember yang kini sudah bertransformasi menjadi IAIN Jember, memilki keunggulan dibandingkan dengan dosen-dosen perguruan tinggi lainnya. “Mereka tidak hanya mengajar namun betul-betul membimbing”, ungkapnya.
Setelah lulus dari STAIN Jember, satu tahun berikutnya pada tahun 2006 dia berhasil menjadi dosen di STAIN Palangkaraya (kini, IAIN Palangkaraya). Cerita unik pun kembali terjadi padanya.
Pada saat itu, Fakultas Syariah STAIN Palangkaraya hanya akan menerima 1 dosen baru saja. Hal itu menjadikan Dakhoir harus berkompetisi dengan puluhan calon dosen lainnya dari berbagai perguruan tinggi. Misalnya lulusan dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UIN Sunan Ampel Surabaya, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, UIN Banjarmasin dan lulusan perguruan tinggi lainnya.
Berkompetisi dengan alumni-alumni dari perguruan tinggi ternama tidak menyurutkan hatinya untuk tetap berusaha dan berdoa. Akhirnya berkat dorongan dan motivasi dari keluarga dan dosen STAIN Jember kala itu, tahapan demi tahapan berhasil ia lalui dengan hasil yang membahagiakan. Yaitu diterima sebagai CPNS dosen Fakultas Syariah STAIN Palangkaraya. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita, kemampuan seseorang tidak bisa hanya ditentukan dimana tempat ia belajar, namun dengan belajar secara tekun dan berdoa adalah kunci dari kesuksesan setiap orang.
Menjadi dosen di STAIN Palangkaraya tidak membuatnya puas untuk berhenti menuntut ilmu. Dakhoir pun melanjutkan studi S2 nya di UIN Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2008-2010, ia pun lulus sebagai wisudawan terbaik dengan perolehan nilai cumlaude. Pada tahun 2012-2014, ia berhasil meraih gelar doktor Ilmu Hukum Ekonomi Syariah di Universitas Brawijaya Malang dengan memperoleh nilai cumlaude dan dinobatkan sebagai lulusan terbaik.
Tidak hanya menjadi dosen di STAIN Palangka Raya, Dakhoir pun kerap kali mengajar di berbagai perguruan tinggi lainnya yang berada di Kalimantan Tengah. Dakhoir juga sering menjadi pembicara dalam berbagai konferensi, baik nasional maupun internasional. Seperti misalnya ke Chiba University dan Kyoto University Japan tahun 2015 dan 2016, Lyon University Paris tahun 2017, Vriej Universiteit Amsterdam Netherlands tahun 2017, RWTH Acheen University Germany tahun 2017, UUM Malaysia tahun 2018, Fattani University Thailand tahun London UK tahun 2018, Cambridge University Inggris tahun 2018, dan NUS Singapore tahun 2018, King Abdul Aziz University Jedaah Saudi Arabia tahun 2018, Durham Business School, serta beberapa negeri lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Selain aktif menjadi pembicara diberbagai negara, Dakhoir juga aktif melakukan pengabdian kepada masyarakat seperti menjadi saksi ahli dalam berbagai kasus hukum keperdataan Islam dalam perkara perceraian, waris, dan sengketa ekonomi syariah. Menjadi narasumber bimbingan teknis Hak Asasi Manusia di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM, serta anggota peneliti dalam pelaksanaan rencana aksi nasional HAM dan legal drafter rancangan Perda di wilayah provinsi Kalimantan Tengah.
Dibidang riset, kepiawaiannya dalam riset telah menjadikannya sebagai anggota Dewan Riset Daerah provinsi Kalimantan Tengah, tokoh ekonomi Syariah Kalimantan Tengah, reviewer jurnal internasional Scopus dan nasional terakreditasi. Tidak hanya itu, produktivitas menulis menjadikannya sebagai hoby dan banyak sekali menghasilkan publikasi karya tulis ilmiah bereputasi dan mengantarnya memperoleh beberapa penghargaan bertaraf internasional, seperti peraih Best Paper Award dalam Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS 2015) dari 875 peneliti muda dan 18 negara, Best Opinion Maker Award dalam Annaul Meeting International Monetary Fund – World Bank Group (AM IMF-WBG 2018) dari 198 negara anggota World bank Group di Bali, dan best opinion legeslator award dari DPR RI tahun 2019.
Dengan sederet perjalanan singkat dari alumni kita yang satu ini, dapat kita ambil sebuah pelajaran bahwa dimanapun kita belajar dan menimba ilmu, kita harus tetap semangat dan yakin bahwa Tuhan bersama kita dan akan terus menjaga kita, karena orang-orang yang gagal itu bukan karena mereka bodoh, tapi karena mereka tidak punya semangat dan sering melupakan Tuhannya.
Penulis : Wildan Rofikil Anwar
Editor : M. Irwan Z.