Jalin Kerjasama dengan Ahli Ekonomi Islam di UK, SELC Gelar Seminar Online Perbandingan Perbankan Syariah
Jember, Fasya Media; Perbincangan perbankan syariah selalu menjadi daya tarik, terlebih tren ini selalu meningkat dari aspek statistik peminatnya, kendati masih terdapat beberapa skeptis tersendiri dari beberapa pemahaman. Menjawab hal itu, Sharia Economic Law Center (baca: SELC) sebagai pusat kajian hukum ekonomi syariah Fakultas Syariah UIN KHAS Jember yang konsen terhadap salah satu itu tersebut, menjalin kerjasama internasional dengan The Indonesian Associaton of Islamic Economists in the United Kingdom (baca: IAEI UK).
Kerjasama tersebut diimplementasikan dalam bentuk seminar online internasional dengan tema “Perbankan Syariah di Indonesia vs UK: Implementasi, Tantangan, dan Peluang Global” pada Kamis, 27/2 secara daring. “Saya mengapresiasi kegiatan ini, lingkup yang menjadi tendensi global bukan hanya membahas persoalan lokal,” pungas Dr. Wildani Hefni selaku Dekan Fakultas Syariah UIN KHAS Jember dalam sambutannya.
Dekan termuda Syariah tersebut juga menyampaikan bahwa seminar ini sangat menarik. Dimana perbandingan yang komplit antara Indonesia sebagai negara muslim yang besar dengan UK sebagai negara mayoritas non muslim. Namun, pada aspek-aspek tertentu justru UK memiliki kelebihan dalam implementasi perbankan syariah.
Seminar ini menghadirkan dua tokoh akademisi perempuan, yakni Dr. Mahmudah, M.E.I merupakan Dosen Fakultas Syariah UIN KHAS Jember dan Yunice Karina Tumewang, S. E., M. Sc., SAS., Ph. D. sebagai Dosen Universitas Islam Indonesia yang juga Alumni Durham & Southampton University.
Dr. Mahmudah dalam materinya menjelaskan Perbankan Syariah di Indonesia baik dari aspek sejarah, regulasi hingga tantangan ke depan. “Mengulik ke belakang, perbankan syariah telah hadir di Indonesia pertama kali yakni berdirinya Bank Muamalat pada tahun 1992,” pungkasnya.
Dr. Mahmudah menambahkan bahwa di Indonesia sejatinya telah banyak regulasi pendukung untuk perbankan syariah seperti lahirnya UU Perbankan Syariah, peraturan Bank Indonesia, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan, Fatwa DSN MUI, serta peraturan pendukung lainnya yang mengatur tentang operasional, prinsip-prinsip, akad-akad/produk hingga penyelesaian sengketa.
Menurut Dr. Mahmudah, di Indonesia sudah luar biasa persoalan Perbankan Syariah hingga perbankan syariah BUMN melakukan merger menjadi Bank Syariah yang besar di Indonesia serta bank syariah lain yang banyak hadir. Namun, hal tersebut belum berbanding lurus jika melihat jumlah penduduk muslim di Indonesia sebagai bank dengan spirit keagamaan. “Perlu strategi penguatan khusus, seperti harmonisasi regulasi dengan standarisasi global dan inovasi-inovasi produk,” tambahnya.
Sementara Yunice Karina Tumewang, Ph.D. menerangkan tentang Perbankan Syariah di UK yang secara kuantitas tidak sebanyak di Indonesia yakni Bank of London and The Middle East (BLME), Gatehouse Bank, dan Al Rayan Bank. “UK menghadirkan bank syariah bukan melihat sebagai faktor religius, namun memanfaatkan kekosongan kehadiran bank syariah sebagai bentuk bisnis kepada imigran muslim di UK,” jelasnya.
Yunice Karina Tumewang, Ph.D. menjelaskan bahwa, produk perbankan syariah di UK tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Namun, di UK tingkat kepatuhan syariah (sharia compliance) cukup tinggi kendati tidak ada aturan khusus yang rigit seperti di Indonesia. “Tantangan di UK sebenarnya lebih kepada skeptis agama sehingga banyak bank syariah tidak menggunakan kata Islamic Banking. Namun tekad kuat UK menjadikan dirinya sebagai pusat keuangan Islam di Eropa,” tegasnya.
Acara yang digelar secara online ini dihadiri oleh Dekan Fakultas Syariah, Koorprodi HES, Direktur SELC dan seluruh anggota SELC serta puluhan mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah.
Kontributor : Fasya Media
